Monday, September 5, 2016

SEJARAH GEDUNG SIOLA SURABAYA

Sejak Abad ke 20, jalan tunjungan merupakan pusat pertokaan dan restoran yang memenuhi gaya hidup kalangan borjuis dari bangsa Belanda saat itu. dengan mengambil konsep pertokoan dengan menawarkan kebutuhan fashion yang lagi nge-trend saat itu, gedung ini didirikan tahun 1877 oleh seorang pemodal asing asal Inggris, Robert Laidlaw (1856-1935).Sejak berdiri bangunan ini menjadi pertokoan pertama dan terbesar di Hindia Belanda. Jauh sebelum toko NAM lahir tahun 1900-an. Pengusaha Inggris itu membeli sebidang tanah di pojok jalan Jl Tunjungan dan Gentengkali. Kala itu Tunjungan masih berada di bagian selatan kota. Namun paska pembongkaran tembok benteng kota 1880, Tunjungan berkembang pesat, menjadi sentra perdagangan baru di selatan.
Laidlaw tidak salah, dia mendirikan sebuah pusat perkulakan terkenal di dua saat itu bernama nama Whiteaway Laidlaw & Co.

Whiteaway Laidlaw & Co adalah merk dagang tempat grosir terbesar di dunia saat itu. Di Surabaya, inilah pusat grosir dan eceren paling lengkap. Meskipun dikenal sebagai pedagang tekstil, Laidlaw ternyata tidak hanya menjual kain dan baju. Namun apapun jenis barang-barang impor dari Inggris bisa ditemui di tempat ini. Plang yang ditulis memanjang di begian depan bangunan dengan huruf kapital terbaca Het Engelsche Warenhuis, yang artinya Toko serba ada Inggris.

Laidlaw dikenal sebagai pemodal besar sektor ritel terlengkap. saat itu Laidlaw juga dikenal di sektor perbankan dengan bank bernama Whiteaway Laidlaw Bank. Whiteaway Laidlaw di setiap tempat selalu berdiri di lokasi paling strategis. menempati bagian sudut dan di ujung jalan terkenal. Karakter bangunan yang dirikan sama dengan ciri satu kubah di ujung.
Gaung ketenaran toko ini tetap terjaga walaupun pada pergantian penjajahan di tahun 1943 dari bangsa belanda ke bangsa jepang. Pada masa penjajahan jepang pertokoan di ambil alih oleh pengusaha jepang dan diberinama Chiyoda (yang saat ini terkenal dengan nama merk lampu). Isinya yang dijual sama dengan pendahulunya. Namun yang paling banyak tidak lagi tekstil tetapi tas koper dan sepatu. Bahkan begitu tersohornya Chiyoda sebagai pusat tas koper dan sepatu, sampai semua toko di sekitarnya pun berdagang barang yang sama.

Namun Toko Chiyoda hanya singkat. saat masa revolusi toko ini tutup. Di atas toko ini menjadi pusat konsentrasi pejuang republik menjatuhkan diri dengan bom setiap tank Inggris yang masuk Tunjungan. Saat pertempuran 10 November 1945, Gedung ini dijadikan tempat para pejuang untuk menyusun strategi melawan pasukan Inggris. Saat itu gedung ini dikenal sebagai tempat jibaku. Sampai kemudian gedung ini dibom Innggris. sampai yang tersisa hanyalah tembok luar. Sementara atap hingga lantainya hancur. Baru pada tahun 1960-an, gedung ini digarap oleh para pebisnis yang kemudian mendirikan gedung ritel bernama SIOLA yang merupakan kependekan dari nama depan para pendiri tersebut, mereka adalah Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Ang. Konsep yang ditawarkan konsep penjualan yang sama dengan konsep penjualan Mall. Jadi SIOLA bukan terdiri dari toko-toko tapi satu Mall yang menjual lengkap kebutuhan masyarakt surabaya. Saat itu surabaya hanya mengenal konsep jual beli pasar tradisonal. Hadirnya konsep jual beli yang ditawarkan oleh SIOLA membuat kejayaan sejarah gedung ini kembali terulang. Namun pada 1998, pusat ritel ini ditutup karena kalah saing dengan pusat perbelanjaan lainnya. Kemudian, gedung ini diisi oleh Ramayana Department kemudian menjadi Tunjungan City.






Saat ini gedung SIOLA telah diambil alih oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kini dan menjadikan lantai dasar sebagai Museum yang telah dibuka pada tanggal 3 Mei 2015 yang juga berisi arsip tempoe doeloe yang dimiliki pemkot. Tak hanya arsip, namun banyak properti yang menjadi saksi sejarah perjalanan Kota Surabaya yang telah dikumpulkan dan dipajang di dalam museum, Seperti buku arsip daftar orang-orang yang dimakamkan di pemakaman Belanda di Peneleh dan Ngagel. Kemudian ada lembaran pecahan uang kertas rupiah yang diketemukan di dalam brankas kuno raksasa, helm pasukan pemadam kebakaran dari logam hingga katel uap yang dibuat pada abad 18, dan masih banyak lagi yang lainnya.


Demikian sejarah singkat mengenai sejarah gedung SIOLA dari awal berdiri menjadi pusat retail terbesar hingga kini beralih fungsi. Semoga sejarah gedung SIOLA tidak hilang digerus jaman dan tetap dicintai serta menjadi kebanggan masyarakat Surabaya khususnya.



Semoga bermanfaat ^.^v

4 comments:

  1. Gedung siola ini arsiteknya siapa ya?

    ReplyDelete
  2. Keren artikelnya... menambah ilmu tentang sejarah... semoga bermanfaat

    ReplyDelete
  3. Ya Allah kirain msh ada, sya pernah kesini mungkin buat yg pertama dan terakhir kalinya, thn. 1994 beli kaos basket di sini, itupun hanya 1-2 jam doank muter2 toko beli kaos terus balik esok hari ke samarinda

    ReplyDelete